Lomba Blog Depok


kunjungi : lomba blog depok

Senin, 12 Juli 2010

Antara Aku, Sunny, dan Kota Depok - Part I ~ Bahrudin Yang Baik

September merupakan akhir musim kemarau, sekaligus awal dari musim penghujan. Di Indonesia, pertemuan dua musim itu biasa disebut masa Pancaroba. Setiap hari sudah sering turun hujan, tapi matahari masih tetap terik sinarnya. Kadang terjadi hujan lokal di daerah tertentu, lalu terbawa angin ke daerah sebelahnya, sehingga saat turun hujan, sinar matahari masih bersinar terang. Setelah waktu Subuh menjelang pagi, sinar cemerlang akan muncul dengan warna jingga kemilau berpendar dari ufuk timur indah sekali. Teriknya tidak terlalu panas, namun terasa hangat.

Suasana cerah penuh sinar mentari pagi merupakan pertanda awal hari baik yang bahagia, penuh harapan keberuntungan, dan berkah Ilahi. Terlebih suasana Depok waktu itu. Disaat kemunculan pemukiman masal, baru masih dirintis. Dimana pepohonan rindang membentuk hutan mini masih mudah ditemui. Paginya masih berkabut. Udaranya masih teramat sejuk dan segar bak alam pedesaan.

Bersamaan dengan semua suasana baik itu, lahir bayi perempuan yang diberi nama sesuai dengan kondisi tersebut. Bayi itu diberi nama Sunny Rahmawati.

Kata Sunny (baca: sani), berasal dari bahasa Inggris yang artinya mendapat banyak sinar matahari, cerah, riang gembira. Sedangkan Rahmawati, gabungan dari bahasa Arab Rahma yang artinya pengasih, dan Wati dari bahasa Sansekerta yang artinya Wanita. Jadi terjemahan bebas dari nama itu adalah wanita yang di rahmati ketika suasana riang, cerah, dan sinar matahari banyak menyinari.

Kita bisa menebak betapa cerdas dan bijak orangtua yang memberikan nama tersebut. Doa dalam arti nama Sunny Rahmawati, ternyata pantas disandang oleh bayi nan elok anak pertama ini. Terbukti, 9 bulan + 23 tahun kemudian setelah dia tercipta, bisa dipastikan jika kaum adam memandangnya akan terbesit rasa suka, cinta, seraya takjub melihat bukti betapa agung dan indah ciptaanNya.

Mengenalnya adalah sebuah kesenangan, dekat denganya adalah sebuah keberuntungan. Sunny yang aku kenal selama ini adalah sosok wanita energic, sporty, humoris, sayang mama, penyayang anak-anak, menghargai, dan bangga terhadap hasil jerih payahnya sendiri. Sebuah kombinasi sifat yang ku suka darinya. Secara fisik buat lelaki normal daya tarik Sunny seperti cantik jelita menawan hati, indah dipandang tak mudah dilupakan, merdu senandungnya, lembut suaranya, manis bisikannya.

Namun satu hal yang paling penting, dialah motivator masa depan hidupku. Dari alasan terakhir itulah membuatku bisa bersamanya hampir dua tahun lebih. Tidak ada alasan pasti jika aku review ke masa-masa sebelum jalan bersamanya, hubunganku dengan wanita lain rata-rata hanya bertahan paling lama seumur jagung. Rapuhnya hubungan itu bisa karena alasan remeh temeh seperti bukan tipeku, tidak sepikiran, terlalu manja, kekanak-kanakan, tidak bepikir ke masa depan, masih sekolah, telmi, sampai yang super matre dan temperamental pun ada.

Tapi itu penilaian dari sisiku. Bisa jadi para wanita itu berpikiran agar aku bisa banyak ngaca pada diri sendiri. Dengan modal lebih sedikit dari dengkul, tampang paspasan, sampai karir masa depan yang tidak jelas, sangat mungkin jadi alasan mereka untuk pergi meninggalkanku dan memilih laki-laki lain.

Bermula dari perkenalanku dengan karyawan Bank salah satu rekanan perusahaan tempatku bekerja, Bahrudin namanya. Dari beliaulah aku dikenalkan pada Sunny. Biasanya usai menyelesaikan complaint customer lewat telpon denganku Bahrudin dengan sopan dan bersahabat suka bertanya ke hal-hal lain sampai ke masalah pribadi sekalipun.

"Pak Didin sudah menikah belum?" Tanyanya ramah dengan logat Sunda mengalun.

"Hehehe belum pak." Dengan tak acuh kujawab pertanyaan menyebalkan itu.

”Mau saya kenalin tidak, ibunya Hajjah baru pergi haji sama saya tahun ini, tinggalnya di Depok, kerja di Rentaltama anak perusahaan PT Indotraktor.” Tanpa ada jeda waktu dia terus berpromosi.

”Kulitnya wuih bening euy, sangking ajah saya sudah menikah, kalau belum udah saya nikahin dari dulu.” Halah paling-paling cewek KW2 yang dia tawarin. Gumanku dalam hati meremehkan seraya tercipta mimik muka sombong.

"Aiih anaknya cantik, baik, umur 23 tahun, ramah dan belum pernah pacaran." Wah sotoy, mana ada cewek cakep umur segitu yang belum pernah pacaran? Sudah buta apa para lelaki? Tambah jengkel aku menggerutu.

"Atuh sayangnya diresepsi pernikahan saya kemarin Sunny tidak datang , kalau datang mah saya kenalin ke pak Didin." Lebay nih orang, gimana mau ngenalin? Orang acaranya di gedung dengan waktu terbatas, dan dia sibuk jadi pengantin.

Semua tawarannya cukup ku jawab, "Oo ya? Oo gituu?, Masa siih?, Hehehe."

"Ini nomer teleponnya pak, 081777192. Emailnya sunny@rentaltama.com ."

Dengan malas kucatat juga semua informasi dadakan itu. Tanpa antusias pula aku tutup pembicaraan kami.

Sudah lewat beberapa hari berlalu, tanpa acuh dan terlupakan, tidak pernah sekalipun nomer yang diberikan Bahrudin aku hubungi. Tapi seperti layaknya sales Kartu Kredit yang tak pernah kenal lelah dalam memberikan tawaran berulang-ulang agar kita setuju memilki Kartu Kredit tawarannya. Setiap kali ada kesempatan telpon ke aku, Bahrudin tidak pernah lupa mengingatkan agar aku menyempatkan diri untuk menelpon Sunny.

Betapa baiknya Bahrudin. Boleh jadi dia termotivasi oleh nasihat yang katanya, ”Jika kita berhasil menjodohkan pria wanita menjadi suami istri akan dibuatkan Tuhan rumah di Surga”. Kemungkinan karena aku jarang mengaji, tidak pernah aku mendengar perkataan itu baik dari Al-Quran maupun Hadist Nabi. Aneh juga kalau kita masuk surga lantas Tuhan membiarkan kita tidur tanpa atap. Kalau masuk surga pastinya dapat kavling luas sekalian rumah bahkan istana megah bukan?

Karena tinggal di kost aku sering pulang malam. Disamping ada kerjaan yang mengharuskan lembur, aku juga malas kalau cepat-cepat pulang. Maklumlah di kost tidak ada AC, fasilitas intenet unlimited, dan telepon cuma-cuma. Di kantorku semua itu bebas dan gratis. Jadi jika pekerjaan out of office hour itu sudah selesai aku menikmati semua fasilitas itu sebelum pulang.

Tanpa terasa sudah jam 8 malam. Browsing detik.com sudah habis kubaca tuntas. Account di friendster.com juga sudah bosan aku lihat. Googling serba-serbi, klak-klik sana-sini sudah mulai bosan. Disaat itu, aku baru ingat kalau aku belum pernah telpon nomer yang diberikan Bahrudin tempo hari. Walau pesimis, iseng-iseng aku mau coba berkenalan. Tidak apalah dengar suara kucing dalam karung, siapa tahu itu Kucing Persia.

The first calling sampai nada sambung habis tidak diangkat langsung terdengar suara mailbox, "Haii this is Sunny, I'm sorry I can not pick up your phone, please leave your message and I'll call you later".

Terpesona mendengarkan alunan suara itu sambil membatin, oh my God, lembut dan merdu sekali suara itu. Seperti apa orangnya ya? Saat itu aku belum menyadari kalau kelak disaat aku sakit rindu dengan pemilik suara itu, hanya dengan mendengar suara dalam mailboxnya saja sudah cukup mengobati. Mengobati jiwaku yang berbisik lirih, aku rindu setengah mati kepadamu.

Kalian pasti berpikir kalau aku ini terlalu mengada-ngada. Masa pengaruh suara saja bisa sebegitunya? Baiklah untuk kalian ketahui ya, suara Sunny di mailbox jauh berbeda dengan suara standar operator telepon yang biasa terdengar janggal dan menjengkelkan seperti "Anda terhubung dengan NoumOr.. Noul.. dellapaan.. sattuu! Liimaa.. eMpAT.. Noul." Arrgh, itu rekaman suara tapi salah rekam di studio foto barangkali. Kalian pernah naik Busway kan? Nah suara mailbox Sunny tidak jauh berbeda, malah masih lebih bagus dari suara informasi pada setiap halte pemberhentiannya.

Kesan pertama suaranya begitu menggoda, keesokan harinya langsung aku coba telpon kembali. Kali ini telponku langsung diangkat.

"Ya haloo siapa niy?" Ambooy.., ini dia si pemilik suara asli di mailbox itu. Hmn suara aslinya sungguh berkelas.

"Ini Sunny ya? Saya Didin, saya dapat nomer ini dari pak Bahrudin. Hmn..Boleh kenalan?" Intonasi suaraku tertata rapi sedemikian rupa, sopan, wise, berwibawa, friendly, dan dibuat ja’im itu pasti.

"Nanti telpon lagi ya, saya lagi meeting sekarang.”

Acuh tak acuh dan terkesan tidak butuh Sunny tutup pembicaraan singkat kami. Dari gaya bicaranya yang jual mahal membuat imajinasiku berubah kalau dia itu bukan cewek KW2 tapi kini naik peringkat menjadi KW1.

Berlanjut menjadi sering telpon-telponan, kami berbicara tentang pekerjaan, keluarga, hobi, cita-cita masa depan, gaya hidup, dan banyak cerita lainnya. Sampai akhirnya ada indikasi Sunny ingin kenal lebih jauh denganku. Ssst..Ia meminta fotoku lewat email.

Tidak aku sia-siakan kesempatan itu dengan mengirimkan foto terbaikku tanpa lupa aku edit terlebih dahulu dengan fotoshop agar exposurenya pas, saturasi dan kontrasnya serasi, juga rule of thirds dalam ilmu fotografi sudah aku perbaiki. Terutama warna kulitku yang coklat cenderung gelap aku permak menjadi lebih putih layaknya cowok kosmo yang suka merawat kulitnya di salon.

Setelah foto itu aku email, sengaja aku berhenti menelpon Sunny. Aku ingin tahu bagaimana respon dia setelah melihatnya. Tapi sudah tiga hari Sunny tidak mereply email yang aku kirim. Indikasi dia tidak berminat aku pasrah. Mungkin saja setelah melihat rupaku dia mendesah malas ”Hmn you are not my type man”. Sambil cepat-cepat mendeletenya tanpa ragu.

Saat yang ditunggu itu akhirnya datang juga. ringtone khusus untuk terima telpon dari nomer Sunny berdering jenaka. Ditambah vibration yang menggetarkan. Tidak hanya menggetarkan Handphone Nokia CDMA 1x Esia 2280 generasi pertama yang mirip tupperware itu. Tapi juga ikut menggetarkan relung hatiku.

"Didin kok nga suka telpon-telpon aku lagi?" Yap! Kalimat itu mengindikasikan kalau dia masih berminat denganku. Minimal masih penasaran. Semangatku spontan bangkit lagi. Harapan itu masih ada.

”Email kamu sudah ku terima, hehehe kamu serem ya, lucu juga".

Aku serem, juga lucu, apa maksudnya ini? Setan melawak atau Kuntilanak main Srimulat barangkali ya? Aku berpikir keras bagaimana menjadikan kedua kata yang saling kontradiksi itu bisa dipadukan. Hingga dengan terpaksa, aku simpulkan kata 'serem' itu menjadi ganteng, gagah, atau macho.

Tapi lain hal dengan kata 'lucu', ternyata kata itu memiliki banyak maksud dan tafsiran jika diucapkan oleh kaum wanita. Terutama jika kata itu ditujukan pada suatu objek yang diminatinya. Objek itu biasanya ada di Mall, Butik, Departement Store, atau Gerai Asesoris. Kata 'lucu' bisa berarti bagus, cakep, cantik, keren, modis, memiliki bentuk dan warna yang menarik. Hingga berujung dengan kalimat yang tidak langsung diucapkan secara lisan tapi mudah dimengerti oleh laki-laki yang menyertainya, yakni, "beliin donk".

"Sekarang mana foto Sunny, gantian kirim ke aku ya?" Pintaku seperti anak kecil minta dibelikan balon.

"Hehehe, nga usah deh, kita ketemuan aja gimana?" Jawab Sunny agresif membuatku, ..Dag..Dig..Dug..Dher!

"Emangnya Sunny kayak siapa sih? Gimana gitu?" Khawatir buat jaga-jaga, takutnya kasus blind date seperti iklan pasta gigi terjadi padaku, ”Aku pakai baju merrah yaaa... ”

"Nanti aja liat langsung, hmnn..orang bilang sih aku mirip Sarah Azhari."

Sarah Azhari?! Singkat cerita karena Sunny menggambarkan dirinya mirip dengan Sarah Azhari, tanpa pikir panjang, janji bertemu hari Minggu depan jam 11 siang di Plaza Depok kami sepakati.

Silahkan baca juga ...

Part II ~ Depok Plaza

Part III ~ The Impossibility of Us

Part IV ~ Sang Penasehat Sepiritual

Part V ~ June, It's Rock








1 komentar:

  1. Wow...keren...kisah selanjutnya patut ditunggu... Rasa-rasanya bakal jadi juara nih Blog :)

    BalasHapus