Lomba Blog Depok


kunjungi : lomba blog depok

Senin, 29 Maret 2010

Hemat dengan Obat Generik


Generik obat murah? Tepat, bahkan jauh sekali perbedaan harganya dari obat paten. Istilah paten biasa disebut oleh Apoteker untuk membedakannya dari obat generik.

Sebutan "paten" ternyata bukan dalam artian manjur, melainkan obat yang masih memiliki hak paten selama 20 tahun untuk penemunya sehingga harga obat tersebut jadi relatif mahal karena ada biaya tambahan untuk membayar hak paten juga hak eksklusif perusahaan tertentu yang dibolehkan untuk memproduksinya.

Nah obat generik ini merupakan obat yang bebas diproduksi oleh perusahaan lain setelah masa paten tersebut habis. Biasanya nama yang diberikan diambil dari zat yang terkandung pada obat tersebut.

Menyiasati untuk tidak boros penting sekali saat menghadapi biaya pengobatan yang mutlak semuanya kita tanggung.
Karena itu kita mesti cukup berani dan sedikit "bawel" pada juru medis untuk menanyakan selain jenis dan khasiat obat-obatan yang diberikan dokter, juga untuk tujuan berhemat adalah dengan menanyakan apakah ada alternatif obat generik dari resep yang diberikan?

Jika ada obat generiknya jangan sungkan untuk meminta ganti resep. Tidak ada alasan dokter untuk menolak. Karena sesuai dengan UU. No 8 tahun 1999 pasien memiliki hak dalam memilih pengobatan, dan dokter bisa dituntut jika terbukti berlaku tidak jujur.

Ada benarnya jika berdasarkan pengalaman khasiat obat, dokter hanya memberikan resep pada obat-obatan merk tertentu yang sudah terbukti kemanjurannya. Ingat kredibilitas dokter dipertaruhkan pada pasien jika penyakit yang diobati tidak kunjung sembuh.
Tapi bisa jadi ada oknum dokter yang "nakal" dengan hanya memberikan resep sesuai pesanan produsen obat tertentu. Dari dua hal tersebut kita mesti berpikir cerdas memilih mana yang terbaik dengan aktif berkonsultasi.

Pengalaman dari perbedaan antara harga obat generik dan obat paten, saya dapat saat saya menunggu Nenek yang dirawat inap. Saat itu saya minta ganti antibiotik ke generik.

Obat antibiotik paten yang diberikan adalah merk SHAROX kemasan vial 750mg untuk suntik seharga 140 ribu. Sedangkan generik CEFUROXIME hanya seharga 13 ribu! Cukup jauh perbedaannya bukan? Bayangkan kalau sehari harus disuntik 2x. Betapa besar biaya yang dikeluarkan hanya untuk antibiotik.

Seperti yang saya jelaskan di atas bahwa asumsi kalau obat generik tidak manjur adalah salah. Naifnya kesalahan asumsi tersebut justru timbul dari juru medis sendiri.

Kejadiannya setelah antibiotik diganti ke generik, suster yang merawat berkomentar ketus bahwa belum pulihnya nenek saya karena ganti ke obat generik dari sebelumnya obat paten. Suatu ucapan yang mengejutkan dan lucu karena obat yang saya ganti tidak ada hubungannya dengan anfal nenek saya saat itu.
Saya juga menolak menebus resep obat tidur karena pertimbangan nenek saya sudah bisa tidur tanpa obat tersebut.

Disinilah pentingnya kita mengetahui jenis dan khasiat obat-obatan yang diberikan saat berobat. Kita bisa kuat berargumen dengan juru medis untuk kebaikan dan kesembuhan pasien tanpa harus berdebat apalagi mengguruinya.

Bersyukurlah bagi kita yang telah mendapat jaminan penggantian biaya berobat dari perusahaan sehingga tidak perlu repot-repot berurusan dengan penanganan medis atau berinisiatif untuk memakai obat generik.

Tapi amatlah bijak jika kita biasakan memakai obat generik meskipun sudah ditanggung perusahaan. Revenue perusahaan akan lebih besar jika biaya pengeluaran bisa diperketat bukan? Otomatis bonus yang karyawan dapat akan lebih besar jadinya.

-Dhino-
***Pelnah bercita-cita jadi Doktel***